Sholat Landasan Pembentuk Karakter Insan
![Sholat Landasan Pembentuk Karakter Insan Sholat Landasan Pembentuk Karakter Insan](https://mbia.or.id/wp-content/uploads/2024/06/sholat-berjamaah-yang-bukan-mahr-20221222093318.jpg)
Oleh : Ns. Ahmad Redho, M. Kep, Sp.Kep.M.B
(Koord.Divisi da”wah Mesjid Baitul Ikhsan)
Shalat, salah satu bagian penting dari ibadah Islam, memiliki banyak keistimewaan, seperti halnya struktur ibadah lainnya. Shalat memiliki banyak manfaat untuk setiap gerakan dan rukunnya. Selain itu, secara keseluruhan, shalat berdampak besar pada bagaimana seorang muslim berkembang. Tentu saja hal itu tidak serta merta dan terjadi secara instan saat kita melakukan shalat. Muslim yang taat akan belajar memanfaatkannya secara bertahap.
Shalat berfungsi sebagai alat komunikasi antara sang Khlalik dan seorang hamba, dan juga sebagai alat untuk secara konsisten mengungkapkan rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan kepada mereka. Shalat juga dapat menjadi cara bagi seorang hamba untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Shalat, yang dalam psikologi berarti mencurahkan segala apa yang ada dalam diri seseorang, baik positif maupun negatif, dapat berfungsi sebagai alat katarsis yang dapat membuat seseorang tenang.
Sangat disayangkan bahwa shalat, yang terdiri dari takbir, ruku’, sujud, dan salam, biasanya dianggap hanya sebagai bentuk ritual formal. sebuah kombinasi gerakan fisik yang terkait dengan tatanan fikih, tanpa kemuan yang mendalam atau keinginan untuk memahami hakikat yang terkandung dalam simbol-simbol shalat. Selama menjalankan shalat, nilai-nilai moral berikut digunakan.
Pertama, disiplin. Waktu shalat sudah ditentukan, jadi kita tidak boleh seenaknya mengubah, memajukan, atau mengundurkan waktunya, sehingga shalat kita batal. Ini mengajarkan kita cara menghargai waktu dan tetap disiplin. Manusia akan dilatih untuk berdisiplin terhadap waktu dengan secara teratur menjaga keteraturan ibadah mereka (Toto Tasmara, 2001: 81). Batasan-batasan ini juga mengajarkan manusia untuk mengikuti peraturan daripada “semau gue” atau menuruti keinginan pribadi. Ini karena shalat memiliki banyak aturan, seperti syarat sahnya, cara melakukannya, dan hal-hal yang dilarang.
Kedua, seseorang harus mensycikan dirinya sebelum shalat, yaitu dengan berwudlu atau bertayammum. Ini berarti bahwa shalat hanya boleh dilakukan oleh mereka yang suci dari segala kotoran dan najis, sehingga kita diharapkan selalu berlaku suci dan bersih. Di sini, kebersihan yang diharapkan bukanlah hanya kebersihan fisik, tetapi juga kebersihan non-fisik. Akibatnya, orang yang terbiasa melakukan shalat diharapkan bersih secara lahir maupun batin.
Ketiga, berkonsentrasi. Seseorang harus melakukan tindakan lisan, fisik, dan mental secara bersamaan selama shalat untuk menghadap ilahi. Ketika orang mengucapkan “Allahu Akbar”, tangan mereka diangkat ke atas sebagai tanda penghormatan dan penghormatan, dan mereka juga memikirkan untuk shalat. Saat itu, semua hubungan dengan dunia luar sendiri diputuskan. Tidak ada yang dilihatnya kecuali dirinya sendiri dan Allah, yang disembah. Pemusatan ini, yang dilakukan setiap hari lima kali, meningkatkan kemampuan konsentrasi orang. Seseorang harus memiliki kemampuan untuk berkonsentrasi, yang dalam bahasa Arab disebut “khusyu.” Kemarahan ini sering dibandingkan dengan meditasi. Sebagian besar orang percaya bahwa meditasi, yang dilakukan secara teratur, dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi dan mengurangi kecemasan.
Keempat, berlatih memberi saran yang baik. Dalam shalat, bacaan-bacaan adalah kata-kata baik yang banyak mengandung pujian dan doa kepada Allah. Memuji Allah berarti mengakui kelemahan kita sebagai manusia, sehingga mengajarkan kita untuk tetap rendah hati dan tidak sombong. Berdoa tidak hanya mengajarkan nilai kerendahan hati, tetapi juga dapat menumbuhkan semangat hidup. Pengucapan kata-kata, juga dikenal sebagai bacaan shalat, adalah proses auto sugesti yang mendorong pelaku untuk selalu berusaha mewujudkan apa yang telah diucapkannya dalam kehidupan sehari-hari, menurut teori hypnosis, yang menjadi dasar dari beberapa metode terapi kejiwaan.
Kelima, melakukan usaha bersama. Shalat harus dilakukan secara berjamaah. Menurut hadits nabi SAW, shalat individu memiliki pahala yang jauh lebih kecil daripada shalat kolektif. Shalat berjamaah dapat memberikan manfaat psikologis yang signifikan dalam pengobatan preventif dan kuratif. Shalat berjamaah membuat seseorang merasa bersama dalam hal nasib, kedudukan, kesedihan, dan kebahagiaan. Ini juga membantu menghindari gejala keterasingan diri dan gangguan kejiwaan lainnya. Di dalam pelaksanaan shalat berjamaah, tidak ada lagi perbedaan antara orang-orang berdasarkan pangkat, kedudukan, atau jabatan mereka.
Filsafat gerak melihat simbol-simbol yang digunakan dalam shalat dalam gerakannya. Orang muslim harus bergerak, harus terus bergerak, karena hidup ini tidak selamanya akan menjadi qiyam (berdiri diam), yang merupakan simbol kejayaan (dewasa). Saat kita setengah baya, kita harus ruku’ dan bersujud. Sebaliknya, dia berdiri dan salam saat shalat tanpa gerak. Itu adalah contoh shalat mayit. Ini sepertinya menunjukkan bahwa individu yang tidak bergerak dan tidak kreatif sedang mati. Menurut al-Muthawi’ (2001: 87). Muhammad Iqbal berkata, “Keadaan statis berarti kematian.”
Pada hakikatnya, shalat adalah sumber mutiara yang dapat meningkatkan ruhani kita. Shalat menunjukkan sikap batin untuk mendapatkan kekuatan, kepercayaan diri, dan keberanian untuk menapaki kehidupan duniawi melalui perilaku yang jelas, terarah, dan berdampak. Orang yang memahami arti shalat pasti akan mengejar waktu untuk memenuhi janji Allah, karena shalat memberinya kekuatan untuk hidup dan memenuhi janji Allah.
Sholat memiliki muatan nyata, yaitu bukti yang dirasakan, dan bukan hanya ritual formal. Seseorang yang shalat dengan naif, tetapi bibirnya penuh dengan kebohongan. Shalat tidak memiliki arti jika tidak mendorong kita untuk menjadi orang baik dan menghindari hal-hal buruk. Dengan memberikan bantuan kepada orang miskin dan mempertimbangkan masa depan anak yatim dan status kaum lemah, kita telah melengkapi sholat kita dari bentuk yang formal menjadi nyata, dan dari perhatian menjadi tindakan. Sholat kaffah bertujuan untuk mencapai hal ini. Shalat meninggalkan ingatan moral di hati dan menumbuhkan kecerdasan rohani yang tajam. Kecerdasan rohani ini menghasilkan amal saleh dan mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar.